Alasan Mengapa Belajar Tidak Harus Di Sekolah

Alasan Mengapa Belajar Tidak Harus Di Sekolah

Insiderock – Halo, generasi penerus bangsa Indonesia! Generasi yang harus mengabadikan semua cita-cita para pendahulunya untuk memajukan Indonesia. Pemuda seperti kalian adalah ujung tombak yang bisa menjadi senjata dunia melawan keterbelakangan melalui pendidikan. Hal ini juga harus bersinergi dengan semboyan yang diberikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara: Pendidikan bukan hanya berarti sekolah formal seperti SD, SMP, atau SMA lho. Pendidikan dapat mengambil berbagai bentuk. Apalagi di zaman modern seperti sekarang ini, banyak alternatif jalur pendidikan yang sebenarnya bisa sama kualitasnya dengan sekolah formal. Apa yang ingin kamu ketahui? Mari kita lihat bersama!

Hari Pendidikan Nasional tidak dilepaskan dari sosok Ki Hadjar Dewantara. Di bawah pimpinan tokoh ini, orang-orang Indonesia akhirnya bisa bermimpi mengenyam pendidikan tinggi.
Kita juga tahu bahwa di Indonesia, setiap warga negara harus menerima wajib belajar 12 tahun. Kenangan kecil, dulu anak-anak Indonesia sulit mengenyam pendidikan formal. Ketika zaman Belanda masih menguasai Indonesia, hanya anak-anak berdarah biru, yang juga dikenal sebagai bangsawan, yang boleh mengenyam pendidikan formal.

Oleh karena itu, Ki Hadjar Dewantara yang juga anak seorang bangsawan prihatin dengan kondisi ini hingga akhirnya mendirikan Institut Nasional Onderwijs Taman Siswa atau Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Inilah cikal bakal formula pendidikan Indonesia. dewasa ini. .

Fakta yang terjadi di Indonesia, tidak semua warga negara dapat bersekolah secara formal. Berbagai faktor, seperti kendala ekonomi, waktu, kesempatan, dan letak geografis, menghalangi seseorang untuk memperoleh pendidikan formal yang layak.

Nah, dari keempat faktor fundamental tersebut, ada jalur pendidikan alternatif sebagai penunjang ketimpangan pemerataan pendidikan di Indonesia. Mereka yang tidak dapat mengenyam pendidikan formal dapat mengikuti program pembelajaran Paket A sederajat SD, Paket B sederajat SMP dan Paket C sederajat SMP. Meski sistem pemagangan tidak sama dengan sekolah formal, namun derajat ketiga program pemagangan ini sama lho.

Meskipun merupakan program pembelajaran alternatif, namun kurikulum yang dilaksanakan oleh program pembelajaran Modul A, B dan C sama dengan kurikulum sekolah formal. Hanya saja program pembelajaran alternatif ini menawarkan ruang yang cukup luas karena waktu belajar lebih fleksibel dan Anda tidak terobsesi dengan jam belajar. Peserta program alternatif dapat memilih waktu dan lokasi studi sesuai dengan keinginannya.

Sistem dan metode pembelajaran untuk paket A, B dan C sama yaitu kegiatan pembelajaran akan berlangsung selama 2-3 jam selama 2-3 hari dalam seminggu. Untuk tempat pelaksanaannya, peserta dapat memilih seperti di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Pusat Kegiatan Belajar (SKB), Kantor Organisasi Kemasyarakatan, Masjid, Gereja atau di rumahnya masing-masing khusus untuk peserta home school.

Mata pelajaran yang diterapkan sama seperti di sekolah formal. Perbedaannya, masing-masing penyedia layanan program pembelajaran alternatif memiliki program tambahannya sendiri. Ya, misalnya keahlian khusus dalam membangun robot, desain web, Photoshop atau Corel Draw. Siswa dapat memilih program pelengkap sesuai dengan kebutuhan mereka.

Di Indonesia, sikap diskriminatif sering hadir, dan ini juga terjadi di bidang pendidikan. Program pembelajaran alternatif masih kurang diapresiasi oleh banyak pihak. Mereka menganggap pendidikan alternatif ini tidak layak bersaing dengan pendidikan formal yang sudah berlangsung lama. Selanjutnya, relevansi modul pembelajaran dan tutor untuk program pembelajaran ini dipertanyakan. Selain itu, jam belajar dianggap terlalu pendek, sehingga peserta yang mengikuti program ini dianggap tidak kompetitif.

Jika kita mau berpikir dengan bijak, tidak ada bentuk dan tidak ada jalur pendidikan akan menjadi masalah. Kita harus memiliki asumsi yang dapat menopang pola pikir bahwa siswa di sekolah formal belum tentu lebih baik dan berdaya saing tinggi dibandingkan siswa di program pembelajaran alternatif. Dan sebaliknya. Terserah masing-masing individu, mau berkembang atau tidak.

Nah, jika Anda ingin mengenyam pendidikan melalui jalur alternatif, sebaiknya cari dulu informasi detail tentang jasa penyedia program pembelajaran tutor alternatif dan berkualitas dari Kementerian Pendidikan Nasional.

Sumber:

www.kelaselektronika.com